Monday, April 28, 2008

Rumah di gunung

Rumah dilihat dari jalan aspal...
Pemandangan ke jalan aspal dari balkon rumah...
Pemandangan ke jalan tanah dari halaman depan rumah...

Tahun 2003, kami pernah bekerja di satu developer terbesar di Samarinda pada saat itu dan sebagai fasilitas untuk kami, perusahaan meminjamkan satu rumah mungil bertingkat di lokasi perumahan yang belum dipasarkan.Lokasinya cantik sekali, rumahnya pun cantik walaupun sederhana. Kami sempat menempati hampir 1 tahun juga di rumah itu. Dengan segala suka dan dukanya. Bahkan Abner pun lahir waktu kami menempati rumah ini.

Karena tidak punya tetangga, selain rumah penjaga/satpam 200meter dari rumah kami, rumah tersebut menjadi begitu hening dan udaranya sejuk tanpa polusi. Kadang-kadang di pagi hari kabut menutupi rumah kami sampai kami hanya bisa melihat jarak 1 meter ke depan saja.Jendela rumah tersebut juga besar-besar dan banyak, sehingga cahaya matahari dan udara segar leluasa masuk ke rumah tersebut.Akibatnya anak-anak hampir tidak pernah sakit selama tinggal di rumah tersebut.Apalagi tiap sore kami bisa joging di jalan sekitar rumah yang sudah di aspal.
Tapi kekurangannya karena rumah kami di gunung dan sendirian, kami tidak punya teman bermain untuk anak-anak, tidak bisa main sepeda karena sepedanya akan meluncur sendiri:), kalau lupa tutup jendela malam hari ada maling yang masuk rumah :(, kalau hujan becek minta ampun mobil terpaksa harus pake double gardan dan yang paling seru orang-orang yang berkunjung ke rumah tersebut sering diganggu mahluk halus, katanya sih kalau subuh seperti ada bapak-bapak pake sarung yang kalau di klakson hilang sendiri.Trus ditangga rumah kami ada perempuan berambut panjang yang pakai selendang melintas.Tapi ya cuma tamu-tamu dan pekerja-pekerja di rumah kami aja yang bisa lihat.Seperti biasa kami, keluarga inti, ya nggak pernah lihat.hehe...
Sekarang lokasi perumahan ini akan segera dipasarkan, namanya pun sudah diganti dari Vila Bukit Indah menjadi the Alaya.Kalau Tuhan berkenan, seandaninya perumahan itu dipasarkan, papi mau belikan mami satu rumah mungil di gunung itu.Sebagai kenangan cinta dan kehidupan yang pernah dirajut disitu.
Tempat kami belajar dewasa, belajar hidup, belajar mengasihi, belajar memaafkan, belajar mengerti, belajar kembali jatuh cinta...

No comments: