Beberapa hari lalu, mami pergi ke rumah seorang klien-kebetulan kami sudah membuat janji beberapa hari sebelumnya untuk melakukan pengukuran interior di rumah tinggal klien tersebut.Setelah kami sampai di rumah beliau yang besar dan cukup mewah, tidak tampak tanda-tanda ada penghuni rumah, padahal kami sudah konfirmasi ulang via telpon perihal pertemuan hari itu.Setelah celingak-celinguk beberapa saat lamanya ada seorang anak remaja perempuan tanggung(mungkin saudara atau tetangga) yang menginformasikan bahwa sang pemilik rumah tidak berani pulang ke rumah karena putra bungsunya sedang mengamuk di rumah.Mami bingung karena nggak nyambung.Setelah dijelaskan lebih detai bahwa putra pemilik rumah seorang tuna rungu, kadang-kadang jika keinginannya tidak terpenuhi akan mengamuk sehingga orang tuanya tidak berani pulang ke rumah.
Mami prihatin mengetahui kejadian itu, mami teringat sepupu mami, mas Yudhi (putra tunggal alm.Pak de Muh) setelah wisuda sarjana Matematika dari IKIP jakarta kehilangan penglihatannya,memang sudah sejak kecil mas Yudhi mengenakan kaca mata dan mengalami sakit mata yang makin buruk tiap tahunnya.Mungkin bisa dibayangkan sebagai anak tunggal mas Yudhi adalah tumpuan harapan orang tuanya, dia kehilangan penglihatan dan kehilangan tunangannya yang tidak siap untuk mendampingi suami yang buta.Orang tua mas Yudhi waktu itu begitu emosi dan kecewa dengan keadaan,kebetulan mami dekat dengan sepupu mami tersebut juga dengan orang tuanya.
Tapi mami belajar satu hal, mas Yudhi tidak pernah terlihat patah hati apalagi 'marah' seperti anak teman mami tersebut.Malah mas Yudhi dengan semangat mengikuti 'training' di salah satu lembaga pemerintah untuk orang buta selama 1 tahun (kalau tidak salah).Beliau diajarkan untuk survive tidak tergantung pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari termasuk hidup bermasyarakat umum.Mas Yudhi malah kalau cerita kehidupannya di asrama sebagai 'orang buta baru' (itu istilah mas Yudhi sendiri lho!) bikin mami ngakak-ngakak.Salah satunya cerita ini:
Waktu training keluar asrama pertama kali, mas Yudhi membawa tongkat bersama seorang temannya yang tuna netra juga dan sama-sama gress nggak bisa lihat.Mereka di tes untuk belanja di suatu toko (mereka sudah kasi kode uang-uang di dompet mereka,jadi tidak keliru membayar) dengan menaiki bis umum.Setelah sukses berbelanja, mereka mau kembali ke asrama dan sedang menanti di halte bus.Mereka akan menaiki bis nomor XXX, karena tidak bisa melihat maka aturan mainnya mereka harus meminta tolong pada orang di sekitar. Jadi mereka mendekat pada seseorang yang terdekat. Setelah bolak-balik bertanya "apa bisa diinformasikan apabila bis no XXX sampai di halte? " tapi orang tersebut tidak menjawab,mas Yudhi dan temannya mulai gelisah, bahkan teman mas Yudhi bilang "jangan-jangan kita lagi apes,ketemu dengan orang yang tuli...payah deh" mas Yudhi yang juga kesal bilang "kan meskipun tuli dia bisa lihat kita,masa nggak mau bantu sih udah biar aku kerjain aja!" Kemudian mas Yudi menyenggolkan tongkat penunjuk jalannya ke arah tumit 'si tuli' biar aja kapok, habis sombong sih! Tiba-tiba terdengar bunyi nyaring "Tiiiinnnng"....oalah! ternyata yang dikira si tuli itu tiang listrik!! Wakakakakak....
Ya gitu deh, mami selalu ketawa kalo ngobrol sama mas Yudhi, karena masih banyak cerita-cerita nyata yang gokil banget!Mungkin karena dia begitu gembira, no matter what happen in his life, Tuhan memberkati dia luar biasa.Dia mendapatkan istri di asrama tuna netranya, sekarang mas Yudhi sudah di karuniai anak laki-laki dan puji Tuhan normal.Mas Yudhi juga bisa berpenghasilan yang cukup untuk membiayai hidupnya&keluarganya sebagai Pegawai Negeri Sipil di Departemen Sosial (sekarang beliau sedang bertugas di Bali sudah 1 tahun belakangan ini) dan kabar terakhir mas Yudhi akan melanjutkan studi S2nya di Jepang.Luar Biasa!
No comments:
Post a Comment