Masuk dalam rumah kami manortor lagi membentuk lingkaran,mami&papi dilingkaran yang paling dalam baru kerabat menari mengelilingi.Everybody have fun!
Enek didorong Aldi menuju tengah lingkaran,kemudian ganti kami yang menari mengelilingi enek.Suasananya mengharukan banget,karena sudah lebih 1 tahun enek kan sakit sehingga sudah lama juga tidak menginjak kampung dan bertemu saudara-saudara.
Kembali kami mendapat upa-upa ditampah besar yang isinya nasi ikan ayam udang dan telur.Upa-upa mesti dimakan rame-rame antara pengantin dan akung sekeluarga.Mami nyengir juga,ngelihat ekspresi wajah uti dan oom Mandau yg baru pertama makan setampah rame-rame.
Usai acara ini,berakhirlah seluruh rangkaian acara adat pernikahan kami, rasanya lega banget.Karena kewajiban adat yang memakan waktu,tenaga dan biaya yang cukup besar ini akhirnya selesai dengan baik.Kabarnya acara sebesar ini dikampung papi terakhir dibuat opung papi sekitar akhir tahun 70-an.Jadi horja ini mempunyai kesan tersendiri bagi warga kampung.
Itu juga salah satu alasan Papi untuk mengadakan acara pernikahan di kampung instead of di Samarinda atau di Medan,karena upacara sebesar ini jarang diadakan di kampung yang begitu sederhana itu.Yah,hitung-hitung memberkati orang di kampung papi deh.
Tapi seperti pepatah mengatakan: tiada gading yang tak retak....hihi...Dalam suatu acara yang melibatkan banyak orang,tentunya banyak isi kepala yang seringkali tidak sama satu sama lain.Oleh karena itu harap dimaklumi kalau ada kesalahpahaman yang terjadi.Kita kan mesti mikul ndhuwur mendem jero...opo maneh...hehe.Maksute ya kita ingat yang baik-baik aja, yang tidak enak kita kubur daleeeem banget.Ok?GBU all!
1 comment:
the costume are attractive.. Like it
Post a Comment